Selasa, 22 Januari 2008

SIAPAKAH PEMENANG PILKADA JAWA BARAT ? : Menakar potensi dan prospektus ketiga pasang cagub dan cawagub


Pemilihan Gubenur di Wilayah Jawa Barat sudah di ambang pintu, hiruk pikuk isu calon Gubernur (cagub) dan calon wakil Gubernur (cawagub) cukup membahana pada beberapa bulan terakhir, dan semakin menyemarakan blantika dunia politik di belahan Pulau Jawa bagian Barat ini. Namun sekarang ini – sampai artikel ini ditulis – hiruk-pikuk itu sudah mulai menunjukan titik terang, dan mengarah kepada kepastian final siapa cagub dan cawagub yang pasti maju ke arena Pilkada Jawa Barat beberapa bulan mendatang. Tiga pasangan calon yang seratus persen dinyatakan pasti maju, memberikan gambaran konfigurasi dukungan partai politik yang cukup signifikan dan kompetitif. Sangat besar kemungkinan akan terjadi persaingan ketat dan pertarungan yang cukup menegangkan pada ketiga pasangan tersebut. Persaingan dan pertarungan ini diharapkan akan melahirkan sebuah proses demokrasi yang lebih fair dan seimbang.

Ada tiga calon pasangan Kepala Daerah yang mengerucut. Pertama Cagub Ahmad Heriawan dari kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS), yang juga menjabat sebagai Ketua Persatuan Umat Islam (PUI) di Jawa Barat. Ia berpasangan dengan Cawagub Dede Yusuf yang merupakan kader Partai Amanat Nasional (PAN) dan dikenal sebagai aktris dan bintang film. Kedua Cagub Dany Setiawan yang diusung oleh partai Golkar dengan Cawagubnya Iwan Sulanjana Dari Partai Demokrat yang juga Mantan Pangdam Siliwangi. Dan ketiga Cagub Agum Gumelar yang pernah menjabat sebagai Pangkostrad dengan PDIP sebagai pengusungnya dan Cawagub Nu’man Abdul Hakim dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Prosfektus Kandidat

Duet PKS dan PAN yang nota bene berasal dari kaum muda, cukup potensial merekrut kalangan pemilih pemula. Hal ini tentunya bila mereka piawai mengemas pesan-pesan politik dan program yang populis kepada kalangan pelajar dan mahasiswa. Akar religiusitas yang relatif cukup kuat dari kedua partai ini, mempunyai kans dan peluang besar untuk meraih simpati publik yang berafiliasi kepada nilai-nilai religiusitas. PKS yang terkenal dengan kualitas dan kuantitas kadernya yang massif dan militant, akan menjadi mesin pendulang suara yang telah cukup teruji dan terbukti. Hal ini ditunjukan pada beberapa even Pilkada, khususnya di Depok, Bekasi, Sukabumi, Cianjur, Purwakarta dan Tasikmalaya. Sedangkan PAN yang juga memiliki kader-kader dinamis terpelajar cukup kuat pengaruhnya di kalangan remaja lingkungan yang haus akan reformasi dan pencerahan. Sekilas Heriawan dan Dede memang masih terbilang muda usianya untuk memimpin Jawa Barat yang cukup luas, di banding kedua pasang calon lain yang jauh lebih tua usia dan pengalamannya. Namun hal itu tentunya bukanlah masalah yang signifikan. Sebab, meskipun usia muda bila integritas moral dan kapasitas menejerial dan leadershipnya dapat diandalkan, hal itu tentunya jauh akan lebih baik.

Agum Gumelar dan Nu’man Abdul Hakim yang didukung dua partai besar, tentunya tidak bisa dipandang enteng. Kepemimpinan dari kalangan tokoh berlatar belakang militer seperti Agum masih cukup besar peluangnya di negeri ini, karena penguasan teritorial, ketegasan personal, kedisiplinan dan ketegaran mental, relatif telah dikantonginya dan telah teruji dalam menjalankan tugas-tugas Negara sebelumnya. Sedangkan Nu’man dengan Partai berlambang Ka’bah di belakangnya, berpeluang besar juga untuk meraup suara kalangan pemilih tradisional. Ia tampaknya sangat diuntungkan dengan simbol ka’bahnya yang sedemikian mudah melekat di kalangan awam, meskipun hal itu berbanding lurus dengan tanggung jawab moral dan komitmen relijius yang harus dijaga dan dipelihara, mengingat simbol dan gambar ka’bah yang digunakan adalah refresentasi dari rumah Allah (Baitullah) dan kiblatnya kaum Muslimin sedunia.

Cagub Incumbent, Dany Setiawan bersama pasangannya, akan menghadapi persaingan yang cukup ketat dari kedua pasang calon lainnya. Incumbent sering diprediksi memiliki tingkat probabilitas yang kuat untuk memenangkan Pilkada. Ini dikarenakan di belakangnya ada birokrasi yang menurut survey Harian Media Indonesia masih cukup kuat pengaruhnya sebagai mesin rekayasa publik. Meskipun birokrasi dibatasi dengan Undang-Undang Netralitas PNS, namun seringkali pada prakteknya “Silent Operation” untuk mengarahkan mesin birokrasi dalam memenangkan Incumbent tetap berjalan secara diam-diam. Misalnya dari mulai suplai dana hingga rekayasa kebijakan daftar pemilih tetap (DPT) yang seringkali memunculkan persengketaan perselisihan yang krusial di kalangan massa pendukung. Namun sehebat-hebatnya mesin birokrasi dilibatkan, bila informal leader dan masyarakat pemilih semakin cerdas dan objektif, semakin rasional dalam memilih, dan semakin menggunakan nalar dan akal sehatnya dalam menentukan pilihannnya, maka kekuatan mesin birokrasi tidak akan berpengaruh secara signifikan.

Bila Incumbent benar-benar independent dan tidak memanfaatkan jajaran birokrasi untuk kepentingan politiknya, maka hal itu akan jauh lebih fair dan elegan dalam menikmati kemenangan. Hal itu juga menjadi indikator kuat adanya simpati, kecintaan dan kepercayaan publik terhadap kepemimpinannya. Di sisi lain Cawagub pasangan Dani yang berasal dari kalangan militer, diprediksi cukup signifikan meraih suara dari kalangan keluarga tentara. Meskipun demikian tetap saja harus berbagi dengan Agum Gumelar yang juga tidak membiarkan begitu saja suara keluarga tentara beralih ke pasangan lain.

Ada wacana yang terus menggelinding belakangan ini, yang menyerukan agar estafeta kepemimpinan bangsa dan Negara, diberikan kesempatan seluas-luasnya kepada kaum muda. Alasannya, diantaranya karena mereka cenderung memiliki idealisme, militanasi dan energitas yang lebih. Mereka cenderung pro perubahan, dan bebas dari warisan sejarah buruk kepemimpinan sebelumnya. Dan memiliki rentang waktu yang panjang untuk mengelola dan memenej bangsa dan Negara ini lebih baik ke depan. Sedangkan kaum tua ditengarai sudah tiba saatnya memberikan kepercayaan dan kesempatan kepada kaum muda, apalagi bila selama ini kepemimpinan mereka cenderung mewariskan sejarah kekurangberesan dalam mengelola Negara dan pemerintahan. Sejauh mana wacana yang tengah menggelinding ini berbuah menjadi realita, kita tunggu saja hasil Pilkada Jawa Barat dalam waktu dekat. Wallahu A’lam

Muhammad Said, Pemerhati Tren Politik Kaum Muda

Tidak ada komentar: