Rabu, 09 Januari 2008

PERAN STRATEGIS SIROH NABAWIYAH DALAM MEMBANGUN GHIRAH ISLAM


PERAN STRATEGIS SIROH NABAWIYAH
DALAM MEMBANGUN GHIRAH ISLAM
Oleh : Drs. Muhammad Said M.Hum


“Al-Hikaayatu jundun min junuudillah" : Kisah adalah salah satu dari sekian banyak tentara Allah SWT”. Demikian Al-Imam Al-Harits Al-Muhasiby dalam kitabnya “Risalah al-Mustarsyidin” mengutip salah satu qoul (perkataan) Ulama. Yang dimaksud kisah atau cerita bagaikan tentara adalah bahwa kisah dapat memberikan semangat jihad (hammasah jihadiyah) bagi pembacanya, dan dapat menanamkan citarasa kepahlawanan (dzauq al-buthulah), bahkan sampai kepada memunculkan perasaan cinta syahid (hubbussahaadah).

Al-Qur’an banyak memaparkan kisah-kisah tentang kehidupan dan perjuangan para Nabi dan Rasul, bahkan hampir sebahagian besar ayat-ayat al-Qur’an terdiri dari penuturan kisah di masa lampau. Hal ini menunjukan bahwa kisah dan cerita memiliki nilai yang sangat penting dan strategis dalam menanamkan kesadaran, membentuk emosi dan membangun empati. Di antara kisah dan cerita yang paling afdol untuk diketahui oleh setiap muslim adalah Sirah Nabawiyah, yaitu sejarah perjalanan kehidupan Rasulullah SAW yangh penuh dengan berita-berita besar yang tertuang dalam wahyu Al-Qur’an.

Oleh karena itu sejarah kehidupan Rasulullah SAW, merupakan hal yang sangat penting diketahui setiap muslim. Darinya seseorang akan mendapatkan gambaran utuh tentang kehidupan seorang muslim yang ideal dalam semua sisi dan fase kehidupannya.

Hal tersebut tidaklah berlebihan, karena Allah Ta’ala memang telah manyiapkan kepribadian Rasulullah SAW sebagai panutan utama kaum muslimin :
“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu”. (QS. al-Ahzab : 21)

Di sisi lain, dengan membaca sejarah hidup Rasulullah SAW, akan mengantarkan kita pada sebuah pemahaman bahwa agama Islam disebarkan dengan perjuangan yang berat, tantangan yang beraneka ragam, dan upaya-upaya manusiawi dengan mencari berbagai sebab yang ada setelah kepasrahan total kepada Sang Khaliq; Allah Ta’ala. Kesimpulan berikutnya yang akan muncul dari pemahaman tersebut adalah bahwa kehidupan Rasulullah SAW bukanlah cerita fiksi atau khayalan, tetapi dia adalah kisah nyata dengan segudang pelajaran di dalamnya dan karenanya, tidak mustahil bagi umatnya yang beriman kepadanya untuk menapaki jejak dan langkah beliau SAW.

Karena itu, wajar jika para sahabat dan para orang tua salafushshalih memberi-kan perhatian khusus dalam mengajarkan sejarah hidup Rasulullah SAW kepada anak-anaknya.


Sebagaimana yang dinyatakan oleh Ismail bin Saad bin Abi Waqqash mengenang pengalaman hidupnuya bersama prang tuanya. Ia berkata :

كُنَّا نُعَلَّمُ مَغَازِي رَسُوْلِ اللهِ كَمَا نُعَلَّمُ السُّوَرُ مِنَ اْلقُرْاَنِ

“Kami dahulu diajarkan tentang peperangan-peperangan di zaman Rasulullah SAW, sebagaimana kami diajarkan surat-surat dalam Al-Qur’an”

Hal ini menunjukan bahwa pelajaran sirah Nabawiyah diberikan secara intensif oleh para sahabat Nabi kepada anak-anaknya, terlepas dari metode penyampaiannya, yang jelas proses pewarisan sejarah setelah wafatnya Rasulullah SAW berlangsung secara efektif. Jasa para sahabat yang mewariskan ingatan kolektif mereka telah melahirkan generasi penerus yang memiliki semangat berjuang dan berdakwah seperti para pendahulunya. Sebut saja Urwah bin Zubair RA yang menjadi muassis dan perintis pertama penulisan siroh nabawiyah. Di samping itu mereka, para sahabat ternyata dengan mengajarkan sirah nabawiyah berhasil mangkader anak-anak mereka sendiri, sehingga terdapat kurang lebih 700 anak para sahabat yang turut serta dalam peperangan Al-Qadisiyah di bawah pimpinan Saad bin Abi Waqqash.

Oleh karena itu kisah-kisah perjuangan para Nabi dan Rasul sangat penting untuk membangktkan semangat dalam menegakan agama Allah SWT dan merekonstruksi kembali nilai-nilai akidah dan syariah dalam kehidupan umat manusia. Ternyata Rasulullah SAW juga banyak di-support oleh Allah SWT dengan kisah-kisah kehidupan sebelumnya yang menggambarkan tentang keteguhan akidah seperti kisah Ashabul Ukhdud, atau kekuasaan Allah SWT dalam menghancurkan Ashabul Fil, dan tentang kesabaran dalam berdakwah sebagi kunci kemenangan dan kesuksesan yang Allah SWT gambarkan melalui kisah Ashabu Kahfi, Nabi Musa AS dan Nabi Hidir AS, serta Dzul Karnain, yang kekuasaaannya membentang dari timur ke barat.

Ketiga kisah tersebut Allah tutunkan dalam paket wahyu yang termaktub dalam surat Al-Kahfi, yang Allah turunkan untuk menghibur dan membesarkan hati Rasulullah SAW yang tengah mengalami tahun duka cita, karenma pada tahun yang sama beliau kehilangan Isterinya Khadijah RA dan pamannya Abu Thalib untuk selam,a-lamanya. Karena itu Allah senantias menceritakan kisah para Rasul yang diutus sebelumnya. Sebagaimana firman Allah SWT :

120. Dan semua kisah dari rasul-rasul kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya kami teguhkan hatimu; dan dalam surat Ini Telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.

Dari ayat ini dapat disimpulkan bahwa ada 3 hal peran strategis sirah Nabawiyah dalam membangkitkan kembali ghirah umat Islam, pertama untuk meneguhkan hati, iman dan akidah mereka, kedua untuk meyakinkan mereka tentang kebenaran Al-Qur’an dan ketiga sebagai nasehat dan peringatan kepada mereka dalam menjalani kehidupan dan dalam berdakwah dan berjuang demi tegaknya Al-Islam di muka bumi ini

Untuk mewujudkan peran strategis tersebut, maka perlu dirumuskan sebuah metodologi penulisan Siroh Nabawiyah yang lebih dinamis dengan memuat hubungan korelatif dengan peristiwa-peristiwa kontemporer sebagai analogi historis.
1. Menerbitkan buku-buku sirah nabawiyah, yang sesuai dengan kebutuhan segmen dan gaya bahasa yang mudah, jelas dan lugas.
2. Menerbitkan buku-buku sirah Nabawiyah dengan pendekatan ilustrasi gambar atau komik
3. Menyajikan Sirah Nabawiyah dalam bentuk rekaman kaset atau VCD
4. Memprogram kajian Sirah Nabawiyah dalam bentuk dialog dan diskusi interaktif.
5. Menampilkan bentuk-bentuk pementasan dan sosio drama yang mengangkat tentang tema tertentu dalam Sirah Nabawiyah.
6. Mangadakan perlombaan cerdas cermat khusu tentang wawasan Sirah nabawiyah.
7. Menyelenggarakan perlombaan membacakan atau mempresentasikan sirah Nabawiyah secara ekspresif dan antusias.
8. Memblow up istilah sirah nabawiyah menjadi popouler dan familiar di kalangan anak-anak, misalnya dengan stiker, liflet dll.
9. Membangun studio dan miniatur duplikat lokasi jazirah Arab (Feel and Touch)
10 Mengupayakan sosialisasi siroh nabawiyah melalui media televisi, dalam bentuk kajian, dialog dan tayang ulang filem-filem tentang siroh nabawiyah.

Tidak ada komentar: