Senin, 21 Januari 2008

GP ANSHAR DAN PEMBENTUKAN MASYARAKAT MADANI


Adalah sebuah kehormatan bagi penulis diundang untuk hadir pada acaraKonferensi Cabang (KONFERCAB) 1 GP (Gerakan Pemuda) Anshor KotaDepok, yang diadakan di hotel Bumi Wiyata, Sabtu – Ahad 3-4 Nopember2007, dengan tema "Penguatan tradisi untuk meneguhkan citraorganisasi".



Setelah mendengarkan lantunan ayat-ayat suci Al-Qur'an, dilanjutkandengan kumandang shalawat Badar yang dipimpin oleh salah seorang kadermuda Anshor, dan diikiuti oleh para peserta Konfercab dan tamuundangan dengan penuh semangat dan antusias. Gema shalawat badar bagiteman-teman GP Anshor merupakan refleksi dan rekonstruksi historispenyambutan kaum Anshar terhadap Nabi Muhammad SAW, ketika beliau dansahabatnya Abu Bakar RA tiba di kota Madinah, setelah beberapa harimenempuh perjalanan hijrah dari kota Mekkah.Bila dibandingkan dengan organisasi kepemudaan lainnya, GP Anshorrelatif menjadi relatif menjadi organisasi kepemudaan yang paling tuausianya di negeri ini. Oleh karena itu dalam perjalanan usia organisasi yang cukup sepuh, GP Anshor telah memainkan peransosial-politiknya yang cukup signifikan dalam peningkatan kualitaskehidupan berbangsa dan bernegara, khususnya di bidang pembinaankeagamaan kaum muda.



Refleksi Historis



The Founding Father di kalangan Nahdhiyyin, tidak serta merta begitusaja memberi nama organisasi "under bouw" nya dengan sebutan "Anshor",dan melazimkan sebutan dan panggilan antar sesama kadernya dengan panggilan "sahabat". Penulis yakin ada landasan filosofis dannilai-nilai idealis yang menyertai pemberian nama tersebut. Pemberiannama tersebut terinspirasi oleh satu komunitas sahabat Nabi SAW, yangsenantiasa menunjukan loyalitas dan dedikasinya yang tinggi dalam membela agama Allah SWT dan Rasul-NYA dan dalam membangun masyarakat kota Madinah dengan nilai-nilai luhur kemanusaiaan, yang mencerminkanpenghambaan dan ketundukan kepada Tuhan.



Kaum Anshar di masa Nabi SAW telah terbukti memainkan peran yangsignifikan dalam proses pembentukan masyarakat madani dan pembangunankota Madinah menjadi kota yang relijius, inklusif dan berperadabanmulia. Kaum Anshar juga terbukti tampil sebagai kekuatan perekat yangmenyatukan kabilah-kabilah yang pernah bertikai, meminimalisasikonflik di antara mereka dan membangun kekuatan kolektif sinergisdengan komponen masyarakat lainnya dalam upaya memakmurkan kota.Bahkan kaum Anshar berhasil mengajak komunitas Yahudi Madinah untukbergabung bersama Nabi Muhammad SAW, dengan ikut menandatangani piagamMadinah untuk membangun kota dan mempertahankannya dari rongrongan danserangan kaum penjajah, terlepas pada akhirnya kaum Yahudi menghianatiperjanjian tersebut.



Adalah Saad bin Muadz RA, seorang sahabat kaum muda Anshar yangmenjadi tokoh kunci dalam memainkan lobi terhadap kaum Yahudi,sehingga mereka berhasil diajak untuk memperkuat benteng pertahanankota Madinah. Namun ketika mereka melakukan penghianatan terhadapperjanjian tersebut, Saad bin Muadz RA yang dipercaya oleh NabiMuhammad SAW untuk menjatuhkan vonis terhadap mereka, juga tidaksungkan menunjukan sikap tegasnya dalam menajtuhkan vonis yangsetimpal atas penghianatan mereka. Oleh karena itu dapat dikatakanSaad bin Muadz RA, adalah salah seorang sahabat muda kaum Anshar yangberkpribadian inklusif di satu sisi, tetapi di sisi lain juga memilikiketegasan dan keberpihakan yang jelas terhadap kemaslahatan agamanya.Penulis optimis, Gerakan Pemuda Anshar yang selalu melazimkanpanggilan "sahabat" kepada sesama kadernya, otomatically, akanmenjadikan para sahabat Nabi sebagai referensi dalam upaya pembentukan soliditas, keteguhan akidah, kelurusan berfikir, bertindak dan berperilaku.



Pembentukan Masyarakat Madani



Berangkat dari refleksi historis di atas, yang mencerminkan spiritkaum Anshar di zaman Nabi SAW, diharapkan Gerakan Pemuda Anshor kotaDepok dapat memainkan peran yang signifikan pula dalam rangkapemakmuran dan pembangunan kota tercinta ini. Sekedar "BrainStorming", penulis mengemukakan beberapa hal yang perlu dicermati olehrekan-rekan GP Anshor dalam upaya ikut mewujudkan masyarakat Madani dikota Depok.


Pertama, Kaum Anshar di zaman Nabi SAW adalah sebuah komunitas yang solid dan kompak, hal itu terjadi karena hati-hati mereka direkatdengan spirit Al-Qur'an dan sunnah, sehingga pertikaian di antaramereka tidak mudah terjadi. Oleh karena itu Gerakan Pemuda Anshor perlu menjadikan interaksi intensif terhadap Al-Qur'an dan Sunnah sebagai porgram prioritas bagi pembinaan jajaran kadernya, karena soliditas dan kekompakan merupakan aset utama bagi kelancaran dankeberlangsungan organisasi.



Kedua, Gerakan Pemuda Anshar hendaknya menjadikan Saad bin Muadz RA,tokoh muda kaum Anshar di zaman nabi, sebagai contoh teladan perekatumat, yang mengedepankan sikap inklusif terhadap seluruh komponenmasyararakat dalam mewujudkan pembangunan masyarakat Madani. Untuk itujajaran kader GP Anshar diharapkan lebih arif dan bijkasana dalammenyikapi perbedaan pandangan dan sikap di kalangan umat terkaitmasalah-masalah furu'iyyah khilafiyyah. Hadrhatussyaikh HasyimAsy'ari dalam kitabnya "At-Tibyan finnahyi an Muqata'athil arham wal aqarib wal ikhwaan" (Penjelasan tentang larangan memutus kasih sayang,kerabat dan saudara), yang di penghujung tulisan beliau menggambarkanbahwa di antara para sahabat Nabi pun pernaha terjadi perbedaanpandangan, namun tidak pernah hal itu menimbulkan permusushan danpertikaian yang berkepanjangan di antara mereka, juga perbedaan sikapdan pendapat di kalangan imam mazhab yang empat (madzahib al arba'ah),
tetap melahirkan sikap toleransi (tasamuh), saling menghormati dankasih sayang di antara mereka. Dalam buku tersebut digambarkan bahwaImam Syafi'i pernah berziarah ke makam Imam Abu Hanifah, dan tinggaldi dekatnya selama seminggu, setiap kali beliau menghatamkanAl-Qur'an, beliau selalu menghadiahkan pahala bacaannya untukal-Marhum Abu Hanifah, juga Imam Syafii pernah meninggalkan qunutshalat shubuh selama beliau tinggal di kediaman Imam Abui Hanifah,dengan alasan "ta'adduban" (penghormatan) kepada beliau. Alangkahindahnya bila hal itu terjadi di kalangan umat Islam sekarang ibi,sehingga tidak terjadi saling hujat, saling menjelekan danmenjatuhkan, dan saling melakukan demarketing satu dengan yanglainnya. Semoga Gerakan Pemuda Anshor dapat menjadi motor penggerakdan pelopor terdepan untuk terciptanya kerukunan dan persatuan dikalangan umat Islam.



Ketiga, tema Konfercab "Penguatan tradisi untuk meneguhkan citraorganisasi", hendaknya menjadi titik tolak penumbuhan pesonakader-kader Anshor di tengah masyarakat. Tradisi Tahlilan dan Maulidan misalnya, hendaknya benar-benar membuahkan kesadaran yang lebih kaffah(komprehensif) baik dalam aspek wawasan dan pengamalan nilai-nilaiIslam dalam kehidupan sehari-hari, sehingga citra individu danorganisasi kelak menjadi teladan bagi masyarakat khusunya generasimuda. Juga hendaknya GP Anshor dapat mempelopori dan memberikanpencerahan dan pendewasaan kepada umat Islam khususnya di kota Depoktercinta, agar hari-hari besar Islam yang mereka peringati, sepertimaulid Nabi, Isra'Mi'raj dan lain sebagainya, benar-benar diisi denganmauidzhah hasanah, ceramah yang menyejukkan, bukan sebaliknya berisiceramah yang tidak mendidik dan mendewasakan umat, bahkan cenderungmemecah belah dan memprovokasi umat untuk membenci sesama saudarnya,mendiskriditkan kelompok dan partai tertentu, denganpenyataan-pernyatan yang bernuansa hasutan dan fitnah.



Bila ketiga hal ini dapat terwujud di kalangan kader-kader GerakanPemuda Anshor Kota Depok, maka tidak mustahil GP Anshor kota Depokkedepan akan menjadi lokomotif yang mampu menyejukkan umat dan menarikseluruh gerbong komponen masyarakat kota Depok menuju pembentukanmasyarakat Madani di masa yang akan datang. Amin Ya Rabbal AlaminWallahu muwafiq ilaa aqwamitthariq.

Tidak ada komentar: